Dalam coretan ini penulis menemukan sebuah buku yang sangat luar biasa berjudul "Maju Setapak" karya Pitut Soeharto dan drs. A. Zainoel Ihsan terbitan 1981 penerbit Aksara Jayasakti. buku ini sekilas penulis jelaskan sebagai dokumentasi pergerakan organisasi perhimpunan pemuda dan pemudi pada awal pergerakan tahun 1908 hingga setelah kemerdekaan. Penulis akan mengutip tulisan ini karena menurut penulsi rekam perjuangan dan semangat saat itu sangat masih relevan dengan situasi bangsa saat ini. ada beberapa tulisan yang akan penulis kutip tanpa mengubah isi tulisan tersebut dan akan ada seri berikutnya yang menjadi dasar inspirasi penulis bahwa semangat pergerakan saat itu masih kita perlukan untuk menjadi bekal kita sebagai generasi muda saat ini. tulisan pertama berjudul
"TIGA DALAM TRI KORO DHARMO*" oleh Mr. Sawarno Prowirohardjo
*) Tri Koro Dharmo dengan dengan Maksoednja jang Tiga, Gedenkboek jong Java, 1915-7 maart 1930, hal 15
"TIGA DALAM TRI KORO DHARMO"
Akan mengingat matinya perkumpulan kita yang sangat kita cintai, yaitu JONG-JAVA, yang sekarang sudah menjelma menjadi badan yang lebih besar, yaitu INDONESIA MOEDA, maka sepatutnyalah kita menceritakan tiga maksud yang terkandung dalam JONG-JAVA, tiga maksud yang jadi pokok perkumpulan itu, yaitu sakti (SHAKTI), budi (BUDDHI) dan bakti (BHAKTI). Tiga maksud itulah yang mula-mula ditanam di dalam lapangan perkumpulan kita, dan pada kemudian hari yakinlah kita, bahwa biji maksud yang tiga itu, ialah biji yang terpilih dengan kibijaksanaan dan yang pada kemudian harinya dapat menyenagkan hidupnya, lagi pula dapat menghasilkan buah yang lezat rasanya, sehingga tidak memutus hatunya saudara-saudara kita kaum muda yang memelihara tanaman itu, yaitu perkumpulan kita JONG-JAVA, alangkah kegirangan hari bapak tani, apabila tanamannya yang dipelihara dengan sepenuh-penuhnya pengharapan hatinya, tidak memperhitungkan akan susah payahnya dan jerih lelahnya mulai fajar menyingsing sehingga matahari terbenam, subur tumbuhnya dan banyak hasilnya. Demikianlah juga keriangan dan kebesaran hati kita kaum muda-muda melihat kesuburan dan kemakmuran perkumpulan JONG-JAVA yang kita dirikan itu.
Sebagai yang telah tersebut diatas JONG-JAVA mengandung tiga maksud yaitu sakti, budi, bakti. sekarang dengan sedapat-dapatnya hendak kita uraikan arti maksud yang tiga itu.
- SAKTI. Sakti asalnya dari perkataan syak, yang artinya "vermogen", artinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih kekuasaan dan kecerdasan. Mengapakah biji itu yang terpilih oleh penganjur-penganjur kita yang dulu yang mengemudikan perkumpulan TRI KORO DHARMO, ditanam di dalam perkumpulan kita, mengapakah itu yang dipentingkan(dijadikan maksud yang pertama?) Sebab sudah seharusnyalah apaabila pemuda-pemuda Indonesia hendak mengangkat derajat dan kemuliaan tanah tumpah darah kita, kita patut bersiap melakukan segala perkara yang diwajibkan atas kita, dan supaya kita dapat (mendapatlkan) sifat yang mulia itu, haruslah kita mengusahakan diri di dalam segala ilmu kepandaian tentang badan, pikiran, dan budi pekerti. Meskipun bagaimana juga maksud kita hendak mengangkat kemuliaan tanah air kita dengan sifat budi dan bakti, tidak akan tercapai maksud kita itu, apabila tiada disertai sifat yang terutama, yaitu sakti. Apabila kita menyelidiki keadaan di kanan kiri kita, nyatalah kepada kita, bahwa tiadalah barang sesuatu yang tidak dapat dilangsungkan dengan sakti, seperti pepatah Belanda : "Kennis is macht". (Pengetahuan adalah kekuatan). Sesungguhnya bukan perkara baru kta anak-anak muda harus mengusahakan diri akan (untuk) memperoleh sifat sakti itu. Mulai pada zaman dahulu kala, ketika kemudian itu hanya bergantung atas tajamnya senjata, kaum ksatria pada waktu itu, ketika mudanya diperusahakan (diajarkan) ketangkasan dan kecerdasan memegang senjata. Pada sekarang ini ilmu kepandaianlah yang diutamakan. Sebab itu sifat sakti itu terdapat pada barang siapa yang mempunyai banyak kepandaian. Oleh karena itu pelajarilah, hai kamu anak-anak muda, segala ilmu kepandaian apa juga, sebab hanya dengan itu kamu dapat mengangkat negeri tanah airmu.
- BUDI. Budi boleh diartikan dalam bahasa Indonesia : kebijaksanaan. Mengapakah kita harus mempelajari sifat itu? Kebijaksanaan itulah suatu sifat yang boleh diumpamakan kemudi di dalam pelayaran. Supaya orang selamat di dalam pelayaran tiadalah cukup menyiapkan kapal yang kuat dan sempurna pesawatnya, melainkan haruslah dikumudikan oleh jurumudi yang alim (ahli) di dalam pelayaran dan tahu seluk-beluknya lautan, supaya kapal itu jangan hancur terdampar pada karang. Begitupun juga ilmu kepandaian yang sudah kita dapat dari sifat sakti di atas itu, haruslah kita lakukan dengan budi, supaya kita dapat menyampaikan maksud kita, untuk mengangkat negeri tumpah darah kita. Adapun ilmu kepandaian yang tidak dilakukan dengan budi yang baik itu misalnya seperti pedang yang tajam pada sebelah kanan dan kirinya, dapat melukai badan sendiri. Adalah beberapa riwayat yang menyatakan beberapa bangsa yang mendapat kesengsaraan oleh karena tidak disinari dengan budi, misalnya Dasamuka di dalam hikayat Ramayana. Alengka itu, pada kemudianya hancur negerinya, sebab tersesat jalannya, oleh karena tidak menggunakan budi yang sempurna. Akan (untuk) mempelajari budi yang baik itu tidak terlalu susah bagi kita bangsa timur, sebab kita-kitab kita penuh dengan pengajaran itu, yang menyatakan bahwa sakti yang tidak bersandar atas budi itu akan membawa kita pada lumpur kesengsaraan. Apakah pokok pemgajaran budi itu? Dengan singkat boleh kita katakan : cinta kasih. jika kita selidiki betul-betul, maka nyatalah bahwa kecintaan itu pangkalnya segala perbuatan yang baik dan mulia. Misalnya perbuatan korban (pengorbanan), itu pun bersendi atas kecintaan juga. Adalah beberapa perbuatan yang terlihat dari luar seolah-olah korban (pengorbanan), akan tetapi jikalau dilihat dengan setajam-tajamnya penglihatan, nyatalah perbuatan itu bersendi atas keperluan badan sendiri, umpamanya ingin mendapat pujian, mendapat keuntungan, mendapat tambahnya kekuasaan dan lain-lainnya. Sebab itu haruslah kita ingat- ingat, janganlah kesaktian itu kita pergunakan yang tidak bersandar atas budi. Pergunakanlah kesaktianmu itu akan (untuk) melindungi bangsamu, bukannya akan (untuk) menindas, akan (untuk) mementingkan keperluan umum, tidak akan (untuk) mementingkan badan sendiri. Usahakan dirimu sedapat-dapatnya, supaya kamu dapat memberi pertolongan yang banyak, bukannya supaya kami mendapat keuntungan yang banyak. Alangkah selamat dan bahagia negeri tumpah darah kita, apabila banyak putera-putera dan puteri-puterinya, lengkap dengan kesaktian dan budi bertenaga memperbaiki nasib bangsanya.
- BAKTI. Bakti itu kasih sayang terhadap kepada yang dimuliakan. Jadi kecintaan kita kepada bangsa dan tanah air kita itulah bakti namanya. Mengapa kita harus mempunyai sifat bakti itu? Sebab kita akan mengerjakan pekerjaan yang bukan kepalang beratnya, akan mengorbankan tenaga, pikiran dan harta benda, yang tidak untuk keperluan badan sendiri. Sudah tentu perbuatan yang berat itutidak akan tercapai, apabila kita tidak mempunyai sifat bakti kepada negeri tumpah darah kita. Seperti kamu berbuat bakti kepada orang tuamu, kamu sanggup mengorbankan barang apa milikmu, begitulah juga hendaknya kamu berbakti kepada negeri tumpah darahmu. Ingatlah susah dan payahnya pekerjaan yang terhadap atas dirimu (kamu lakukan). Beberapa kesukaran, beberapa rintangan yang terdapat di dalam jalan yang akan kamu lalui. Tetapkanlah hatimu, jangalah takut dan was-was melalui jalan yang sukat dan sulit itu, dan kita pun yakinlah, kamu tidak akan berkecil hati melalui jalan itu, apabila itu kamu kerjakan oleh karena baktimu kepada negeri tumpah darahmu. Tidak ada sesuatu barang seberat di dalam dunia bagi barang siapa, yang penuh dengan rasa kebaktian di dalam hatinya.