A Total Transformation Start from YOU(th)!
(Muda, Sadar,
dan Waspada)
Jumat, 12 April 2013
Diskusi terbatas “Bali Under Attack”
Aula Universitas Dwijendra
Denpasar
~Raysuwana
“Tuhan tidak merobah
nasibnya sesautu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya.”
~ Ir. Soekarno
Mengapa saya kembali mengutip
Soekarno karena ini mengingatkan saya bahwa berkarya membangun bangsa tidak
akan pernah berhenti sepanjang usia. Siapa pun yang terpanggil berkarya untuk
keluarga besar bangsa. Setiap dari kita mempunyai pilihan dan kesempatan yang
sama. Berkarya sesuai dengan tuntutan perubahan zaman atau perubahan masa.
Sejarah akan menjadi berguna jika kita bisa belajar dan mengambil
kebijaksanaannya. Sejarah sering terulang-berulang kali karena kita lupa
belajar dari sejarah. Apa yang terjadi sekarang ini mungkin salah satunya
adalah kita lupa belajar dari pengalaman para founding father kita dahulu. Enough
is enough! Cukup sudah. Mari kita sekarang bersama- sama mengambil
inisiatif untuk menjaga semangat dinamisme jiwa Muda kita yang SADAR dan
Waspada.
Muda, Sadar dan Waspada
Kita berada dimana saat ini?
Apakah kemajuan teknologi,
pembangunan, dan lain-lain sudah menjadi
tolak ukur kemajuan, kesadaran kita? BELUM!
Let’s back to Bali, Apa yang terjadi di Bali? Saya mencoba mengajak diri saya dan rekan-rekan
untuk mulai merenungkan yang paling dekat dahulu. Ibu Bali. Apa yang sedang
terjadi di Bali sesungguhnya? Pertanyaan ini mungkin akan begitu banyak
jawabannya. Mulai dari ekonomi,
pariwisata, lingkungan, kemiskinan, kesemrawutan yang mulai muncul dimana-mana,
kriminalitas, korupsi, pengkaplinga tanah-tanah oleh investor, HIV/Aids,
pemuda, kekerasan, premanisme, adat, budaya samapai agama pun terkadang menjadi
batu sandungan bagi putra-putri Bali. Sepertinya akan sangat panjang daftar
permasalahan kita di Bali saja. belum jika kita melihat situasi bangsa yang
lebih besar. Apakah mungkin kita menghadapi situasi bangsa jika saja di wilayah
terdekat dari kita saja masih sangat kacau?
Semantara ini saya hanya ingin
berbagi kegelisahan saya dahulu melihat situasi bangsa yang permasalahannya mengakar
di setiap daerah-daerah di negeri ini. Kegelisahan saya pribadi bermula dari
melihat berbagai kasus kekerasan atas nama agama, korupsi, tidak adanya jaminan
hukum dan keadilan oleh negara yang banyak juga menimpa Prita Mulyasari, Parlin
Riduansyah, Anand Krishna, dan mungkin banyak lagi yang tidak terdengar oleh
telinga kita. Bagaimana oknum-oknum lembaga peradilan sampai lembaga hukum
tertinggi negara pun suka “bermain-main” dengan masyarakatnya sendiri. Kasus-kasus
tersebut dengan jelas memperlihatkan bahwa “negeri” ini membiarkan
ketidakadilan merajalela. Ditambah lagi dengan diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang disebut dengan minoritas, padahal Bapak Bangsa Soekarno jelas-jelas mengatakan Indonesia merdeka
adalah untuk semua dan bukan untuk kelompok-kelompok tertentu. Dalam hal ini
terjadinya perusakan dan penutupan paksa tempat-tempat ibadah, pelecehan
terhadap faham-faham tradisional sperti kejawen, pasundan, dan tradisi-tradisi
usada dan sebagainya adalah anti persatuan dan berpotensi untuk memecah belah
bangsa Indonesia.
Apa yang saya maksudkan dalam
tulisan saya diawal bahwa masa Muda kita harus mengupayakan ke-SADAR-an kita
sehingga kita menjadi WASPADA dengan situasi yang sedang terjadi disekitar
kita. Apakah modal dan upaya yang bisa
kita sebagai pemuda lakukan, latih dan praktekkan sekarang ini?
“4S”- Sensitive, Sincerity, Solution and Skill
Modal yang
sederhana ini yang bisa kita upayakan dari sekarang, detik ini juga. Saya akan
sedikit share mengenai Sensitive yang seperti apa? Peka dengan
situasi diri, sekitar kita, negera dan bahkan dunia dengan segala permasalahan
dan tantangan maupun hal-hal yang menyenangkan atau menguntungkan. Berkarya
berdasarkan kepekaan kita melihat situasi disekitar kita. Kedua, Sincerity
ketulusan, kejujuran dan kesungguhan hati. Tanpa semua ini kita menjadi
orang yang menafik. Ketiga, Solution apakah
sudah cukup bermodalkan 2 hal sebelumnya? Tentu tidak. Tanpa solusi tentu kita
tidak hanya akan berjalan ditempat. Mari kita diskusikan hal ini bersama-sama
dalam forum-forum seperti ini. Terakhir, Skill-
keahlian, keterampilan untuk menerjemahkan solusi yang untuk mengatasi
permasalahan yang ada.
Mengingat kembali awal-awal
pergerakan pemuda 100an tahun yang lalu seperti Indonesia Moeda. Mereka
memberikan beberapa nilai penting dalam sebuah pemberdayaan pemuda yang menjadi
dasar dari bangkitnya sebuah bangsa melalui pemuda dan pemudi yang siap
menghadapi situasi – situasi yang ada pada zamannya. Saat ini nilai ini masih
kita butuhkan dan menurut saya sangat penting untuk menjadi dasar kita hidup
sebagai pemuda dan pemudi yang sedang membentuk karakternya sebagai manusia
yang utuh. Nilai- nilai kehidupan sudah sangat jauh dari kehidupan kita saat
ini. Saya merasakan sendiri bahwa ada hal fundamental yang belum cukup kita
upayakan dalam diri kita sebagai pemuda. Saya kembali ingin memperkenalkan apa
yang pemuda-pemudi pendahulu kita tanamkan sebagai dasar dalam pergerakan mereka
memberdayakan pemuda-pemudi saat itu. Tiga nilai utama itu adalah
Shakti, Buddhi dan Bhakti (Sakti, Budi, dan Bakti)
Ketiga hal ini yang juga akan menjadi
dasar kita untuk bersama-sama mengembangkan diri kita sebagai pemuda. Sebuah
solusi bagi saya dan bangsa ini. saya berani mengatakan ini karena meraka telah
membawa INDONESIA MERDEKA dengan bekal ketiga nilai-nilai hidup yang utama yang
menjadi dasar mereka.
Shakti (Sakti), kecerdasar, kekuasaan
dalam artian kemampuan menguasasi diri dan mengembangkan potensi diri. Tentu
dengan diasah dengan pendidikan,
pelatihan, social awareness, dll.
Buddhi (Budi), kebijaksanaan.
Inilah yang menjadi nahkoda atau kemudi dalam pesawat. Budi harus menjadi
sangat penting karena tidak cukup hanya menyiapkan kapal saja tetapi juga
jurumudi yang kuat dan memahami seluk-beluk dan situasi lautan misalnya. Apa
yang terjadi saat ini sebagian besar karena kita hanya menyiapkan kapalnya saja
sedangkan hal yang paling penting yaitu jurumudi (budi) ini tidak kita siapkan,
maka seperti inilah kondisi kita sekarang ini. koruptor, teroris, rampok,
pencuri uang rakyat, dll. Semua itu terjadi karena tidak ada kendali alias
jurumudi dalam diri kita yaitu kebijaksanaan. Tidak ada cara lain sekarang ini
selain memulai dari diri kita sendiri dengan wadah bersama ini semoga kita bisa
saling belajar dan mengembangkan diri kita.
Bhakti (bakti), kasih sayang kepada
yang dimuliakan. Baik itu tuhan, Ibu pertiwi, orang tua. Bhaktilah yang menjadi
jiwanya. Bhakti juga berarti berkarya tanpa pamrih(hanya memikirkan untung
sendiri melulu), tetapi juga untuk kebaikan sesama.
Nilai-nilai ini semakin sangat
relevan untuk situasi kita saat ini. tiada jalan lain selain transfomasi total
dalam diri diupayakan mulai saat ini juga! Perubahan Mental/emosional,
pikirian, dll harus berawal dari diri saya, anda dan kita semua. Sekarang
pilihan ada di tangan anda dan saya, mau bangkit, bersuara dan deklarasikan kebangkitan
kita atau hanya menunggu dan diam tergilas oleh kehancuran itu sendiri!!
Salam Transformasi Total!!